Masjid Jamik Baitul Ahad Mukim Siem Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar sudah ada sejak masa kerajaan Aceh Darussalam. Pada masa perang Aceh dengan penjajah Belanda, masjid tersebut telah dibakar oleh tentara kolonial Belanda. Selanjutnya setelah peperangan berakhir dan Belanda telah menguasai kerajaan Aceh, umat Islam kembali ke kampungnya masing-masing dan membangun kembali Masjid Jamik Baitul Ahad Mukim Siem yang telah terbakar dalam bentuk yang sangat sederhana, bangunannya kayu dengan lantai tanah dan dilapisi dengan batu-batu tipis. Seterusnya sesuai dengan tuntutan keadaan, Masjid Jamik Baitul Ahad Mukim Siem dibangun baru di tempat yang sama dan diperluas dengan bangunan dari kayu dan lantainya semen.
Sesuai dengan perkembangan dan pertambahan penduduk, tahun 1979 Masjid Jamik Baitul Ahad Mukim Siem kembali dibangun baru dengan bangunan yang permanen dan berukuran 18 x 20 m atau dengan luas lantai 360 m2. Selanjutnya sesuai kebutuhan, bangunan Masjid Jamik Baitul Ahad Mukim Siem direnovasi dan diperluas menjadi 24 x 28 m atau dengan luas lantai 672 m2, dan sampai akhir tahun 2004 (sebelum gempa bumi 24 Desember 2004) bangunannya sudah mencapai 80 % siap.
Dengan terjadinya gempa bumi dan gelombang tsunami di Aceh tanggal 26 Desember 2004, bangunan Masjid Jamik Baitul Ahad Mukim Siem mengalami kehancuran total dan sama sekali tidak dapat dimanfaatkan lagi. Kerugian ditaksir mencapai lebih dari 2 miliar rupiah.
Minggu-minggu pertama setelah musibah gempa bumi, masyarakat Mukim Siem melakukan shalat Jum’at di halaman masjid dan setelah puing-puing bangunan dibersihkan hampir empat bulan shalat Jum’at dilakukan di bawah tenda di pelataran (lantai) bekas bangunan masjid yang runtuh. Kenyataan tersebut mendatangkan simpati dari masyarakat umat Islam kota Istambul Turkey dan memberi bantuan pembangunan Masjid Jamik Baitul Ahad Mukim Siem sementara dengan konstruksi bangunan dari kayu dan atap seng. Masjid sementara (temporary mosque) bantuan Turkey ini merupakan tempat berlangsungnya segala aktivitas umat Islam Mukim Siem saat ini baik ibadah (terutama shalat Jum’at, tarawih dan shalat fardhu) maupun rapat-rapat dan pertemuan.
Sejarah lebih detail
Sesuai dengan perkembangan dan pertambahan penduduk, tahun 1979 Masjid Jamik Baitul Ahad Mukim Siem kembali dibangun baru dengan bangunan yang permanen dan berukuran 18 x 20 m atau dengan luas lantai 360 m2. Selanjutnya sesuai kebutuhan, bangunan Masjid Jamik Baitul Ahad Mukim Siem direnovasi dan diperluas menjadi 24 x 28 m atau dengan luas lantai 672 m2, dan sampai akhir tahun 2004 (sebelum gempa bumi 24 Desember 2004) bangunannya sudah mencapai 80 % siap.
Dengan terjadinya gempa bumi dan gelombang tsunami di Aceh tanggal 26 Desember 2004, bangunan Masjid Jamik Baitul Ahad Mukim Siem mengalami kehancuran total dan sama sekali tidak dapat dimanfaatkan lagi. Kerugian ditaksir mencapai lebih dari 2 miliar rupiah.
Minggu-minggu pertama setelah musibah gempa bumi, masyarakat Mukim Siem melakukan shalat Jum’at di halaman masjid dan setelah puing-puing bangunan dibersihkan hampir empat bulan shalat Jum’at dilakukan di bawah tenda di pelataran (lantai) bekas bangunan masjid yang runtuh. Kenyataan tersebut mendatangkan simpati dari masyarakat umat Islam kota Istambul Turkey dan memberi bantuan pembangunan Masjid Jamik Baitul Ahad Mukim Siem sementara dengan konstruksi bangunan dari kayu dan atap seng. Masjid sementara (temporary mosque) bantuan Turkey ini merupakan tempat berlangsungnya segala aktivitas umat Islam Mukim Siem saat ini baik ibadah (terutama shalat Jum’at, tarawih dan shalat fardhu) maupun rapat-rapat dan pertemuan.
Sejarah lebih detail
Tidak ada komentar:
Posting Komentar